MAKALAH PERIODESASI SASTRA DI INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada dasarnya
sastra merupakan merupakan hasil karya cipta manusia. Di satu pihak, karya
sastra dibangun atas dasar rekaan, dienergisasikan oleh imajinasi, sehingga
berhasil untuk mengevokasi kenyataan-kenyataan, yang khususnya mengalami
stagnasi sehingga tampil kembali ke permukaan sebagai aktualitas.
Di pihak lain, kebudayaanlah yang memberikan isi, sehingga kenyataan yang dimaksudkan dapat dipahami secara komprehensif. Di samping itu, teori kontemporer menunjukkan adanya keraguan terhadap identitas fakta. Keraguan tersebut akan terjawab justru melalui hakikat fiksi.
Di pihak lain, kebudayaanlah yang memberikan isi, sehingga kenyataan yang dimaksudkan dapat dipahami secara komprehensif. Di samping itu, teori kontemporer menunjukkan adanya keraguan terhadap identitas fakta. Keraguan tersebut akan terjawab justru melalui hakikat fiksi.
Fiksi dan
fakta, rekaan dan kenyataan menurut pemahaman masyarakat biasa, merupakan
isu-isu penting dalam teori-teori postruktularisme, studi kultural khususnya.
Fiksi dan fakta, sebagai hakikat sastra dan sejarah, seolah-olah dapat
dipertukarkan. Menurut paradigma postrukturalisme, kenyataan dalam sejarah
bukan kenyataan yang sesungguhnya. Kenyataan dalam sejarah adalah kenyataan
yang dibangun, kenyataan yang memperoleh kekuatan melalui wacana. Pada dasarnya
sastra dan sejarah berbagi wilayah yang sama, yaitu cerita.
Secara umum,
istilah dalaam karya seni di Indonesia diambil dari bahasa Latin, Inggris,
Sansekerta, dan Arab. Topik ini diambil agar lebih mampu untuk mengetahui dan
memahami mengenai sejarah sastra Indonesia, yakni pembagian periodesasinya,
sampai pada perkembangannya dimasa kini.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang
dimaksud dengan sastra?
2.
Bagaimana
pengertian sastra dari segi ilmu?
3.
Bagaimana
sejarah perkembangan dan pembagian periodesasi sastra?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sastra
Sastra berasal dari kata castra
berarti tulisan. Dari makna asalnya dulu, sastra meliputi segala bentuk dan
macam tulisan yang ditulis oleh manusia, seperti catatan ilmu pengetahuan,
kitab-kitab suci, surat-surat, undang-undang dan sebagainya.
Sastra dalam arti khusus yang kita
gunakan dalam konteks kebudayaan, adalah ekspresi gagasan dan perasaan manusia.
Jadi, pengertian sastra sebagai hasil budaya dapat diartikan sebagai bentuk
upaya manusia untuk mengungkapkan gagasannya melalui bahasa yang lahir dari
perasaan dan pemikirannya.
Dalam perkembangan berikut kata
sastra sering dikombinasikan dengan awalan “su” sehingga menjadi susastra, yang
diartikan sebagai hasil ciptaan yang baik dan indah.[1][1]
Dalam konteks kesenian,kesustraan
adalah salah satu bentuk atau cabang kesenian,yang menggunakan media bahasa
sebagai alat pengungkapan gagasan dan perasaan senimannya, sehingga sastra juga
disamakan dengan cabang seni lain seperti seni tari,seni lukis, dan sebagainya.
B. Pengertian Sastra dari Segi Ilmu Sastra
Ada tiga hal yang berkaitan dengan
pengertian sastra, yaitu ilmu sastra teori sastra dan karya sastra.
Ilmu sastra adalah ilmu pengetahuan
yang menyelidiki secara ilmiah berdasarkan metode tertentu mengenai segala hal
yang yang berhubungan dengan seni sastra.
Pengajaran tentang sastra biasanya
bersumber dari pengetahuan tentang sastra. Pengetauhuan tentang sastra atau
yang dikenal pula sebagai literary studies, oleh para ahli dibagi menjadi tiga
cabang, yakni: teori sastra, sejarah sastra dan kritik sastra.[2][2]
Ilmu sastra sebagai salah satu aspek kegiatan sastra
meliputi hal-hal berikut :
a. Teori sastra,yaitu cabang ilmu
sastra yang mempelajari tentang asas-asas hokum-hukum,prinsip dasar,seperti
struktur,sifat-sifat,jenis-jenis, serta sistem sastra.
b. Sejarah sastra,yaitu ilmu yang
mempelajari sastra sejak timbulnya hingga perkembangan yang terbaru.
c. Kritik sastra,yaitu ilmu yang mempelajari
karya sastra dengan memberikan pertimbangan dan penilaian terhadap karya
sastra.kritik sastra dikenal juga telaah sastra.
Ketiga cabang ilmu tersebut tentunya
mempunyai keterkaitan satu sama lain dalam rangka memahami sastra
kesuluruhan(timbal-balik).
C. Sejarah Sastra Indonesia
Kepulauan Nusantara yang terletak
diantara benua Asia dan Australia dan diantara Samudra Hindia/ Indonesia dengan
Samudra Pasifik/ Lautan Teduh, dihuni oleh beratus-ratus suku bangsa yang
masing-masing mempunyai sejarah, kebudayaan, adat istiadat dan bahasa
sendiri-sendiri.
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa
melayu yaitu salah satu bahasa daerah di Nusantara. Bahasa Melayu digunakan
oleh masyarakat Melayu yang berada di pantai timur pulau Sumatera. Kerajaan
Melayu yang berpusat didaerah Jambi, pada pertengahan abad ke-7 (689-692)
dikuasai oleh Sriwijaya yang beribu kota di daerah Palembang sekarang ini.
D. Periodisasi
Sastra
Secara urutan waktu sastra di
Indonesia terbagi atas beberapa angkatan, yaitu Angkatan Pujangga Lama,
angkatan Sastra Melayu Lama, angkatan Balai Pustaka, angkatan Pujangga Baru,
angkatan 1945, angkatan 1950-1960-an, angkatan 1966-1970-an, angkatan
1980-1990an, angkatan Reformasi, angkatan 2000-an.
a.
Pujangga
Lama
Pujangga lama merupakan bentuk
pengklasifikaian karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20.
Pada masa ini karya satra di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat. Di Nusantara, budaya Melayu klasik
dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara pantai Sumatera
dan Semenanjung Malaya. Di Sumatera bagian utara muncul karya-karya penting
berbahasa Melayu, terutama karya-karya keagamaan. Hamzah Fansuri adalah yang
pertama di antara penulis-penulis utama angkatan Pujangga Lama. Dari istana Kesultanan Aceh pada abad XVII muncul karya-karya
klasik selanjutnya, yang paling terkemuka adalah karya-karya Syamsuddin Pasai
dan Abdurrauf Singkil, serta Nuruddin ar-Raniri.
Karya sastra pujangga lama antara
lain :
·
Sejarah
Melayu, Hikayat Aceh, Hikayat Amir Hamzah, Syair Bidasari, Syair Ken Tambunan,
Syair Raja Mambang Jauhari.
b.
Sastra Melayu
Lama
Karya sastra di Indonesia yang
dihasilkan antara tahun 1870-1942, yang berkembang dilingkungan masyarakat
Sumatera seperti "Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan daerah Sumatera lainnya",
orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit
sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel
barat.
Karya sastra Melayu lama:
·
Kapten
Flambeger(terjemahan), Rocamble(terjemahan), Kisah perjalanan Nahkoda Bonteko.
c.
Angkatan Balai
Pestaka
Di ikuti oleh penulis-penulis
lainnya pada masa itu. Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di
Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan
drama) dan puisi mulai
menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah
sastra di Indonesia pada masa ini.
Balai Pustaka didirikan pada masa
itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan
oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan
dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam
tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan bahasa Madura.
Karya sastra angkatan Balai Pustaka :
·
Merari
Siregar : Azab dan Sengsara(1920), Binasa kertna gadis Priangan(1931), dll.
·
Marah Roesli
: Siti Nurbaya (1920), La Hami(1924)
d.
Pujangga
Baru
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi
atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis
sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut
rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra
intelektual, nasionalistik dan elitis.
Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang
dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia setelah
zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Karyanya Layar Terkembang, menjadi
salah satu novel yang sering diulas oleh para kritikus sastra Indonesia. Selain
Layar Terkembang.
Karya sastra pujangga baru :
·
Sutan Takdir
Alisjahbana : Dian tak kunjung Padam (1932), tebaran mega-kumpulan sajak(1935),
Layar terkembang(1936), dll.
e.
Angkatan
1945
Pengalaman hidup dan gejolak
sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan '45. Karya sastra
angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang
romantik-idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita
tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan '45 memiliki
konsep seni yang diberi judul "Surat Kepercayaan Gelanggang". Konsep
ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin bebas berkarya sesuai
alam kemerdekaan dan hati nurani. Selain Tiga Manguak Takdir, pada periode ini
cerpen Dari Ave Maria “Jalan lain menuju Roma” dan “Atheis” dianggap sebagai
karya pembaharuan prosa Indonesia. Karya Sastra Angkatan 1945:
·
Chairil
Anwar : o Kerikil
Tajam (1949)
o Deru Campur
Debu (1949)
f.
Angkatan
1950-1960-an
Angkatan 50-an ditandai dengan
terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri
angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan
kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan
dengan majalah sastra lainnya, Pada angkatan ini muncul gerakan komunis
dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra)
yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik
yang berkepanjangan diantara kalangan sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan
sastra karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia. Karya Sastra Angkatan
1950-1960-an :
g.
Angkatan
1966-1970-an
Angkatan ini ditandai dengan
terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Mochtar Lubis Semangat avant-garde sangat
menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat
beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya sastra beraliran
surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam
menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini. Sastrawan pada angkatan 1950-an
yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan
termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin. Karya
Sastra 1966-1970-an :
·
Taufik
Ismail : Malu (aku) Jidi Orang Indonesia, Tirani dan Benteng, dll.
·
Leon Agusta
: Monumen Safari (1966), catatan putih(1975), dll.
h.
Angkatan
1980-1990-an
Karya sastra di Indonesia pada kurun
waktu setelah tahun 1980, ditandai
dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada
masa tersebut yaitu Marga T. Karya
sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan
penerbitan umum. Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an
ini antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca
Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad
Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini
Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.
Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah
sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada dekade 1980-an dengan
beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka,
Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol
pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, di
mana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur.Mira W dan
Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi
romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka.
Pada umumnya, tokoh utama dalam
novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka
yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu
dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era
1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya. Karya sastra angkatan
1980-1990-an: ahmadun yosi herfanda : Ladang Hijau(1980),sajak
penari(1990).sebelum tertawa dilarang(1997), dll.
Y.B Mangunwijaya : burung-burung manyar(1981)
Budi darma :
olenka (1983)
i.
Angkatan
Reformasi.
Seiring terjadinya pergeseran
kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana tentang "Sastrawan Angkatan
Reformasi". Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya
sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya
seputar reformasi. Di rubrik sastra harian Republika misalnya, selama berbulan-bulan
dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai
pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi
sajak-sajak bertema sosial-politik.
Sastrawan Angkatan Reformasi
merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an,
seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses
reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi
kelahiran karya-karya sastra puisi, cerpen, dan novel pada saat
itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik,
seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono Benny Hidayat dengan media
online: duniasastra.com - nya, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak
sosial-politik mereka.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan
Reformasi :
o
Darman
j.
Angkatan
2000-an.
Setelah wacana tentang lahirnya
sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena
tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana
tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000". Sebuah buku tebal tentang
Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002. Seratus
lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie
ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an,
seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang
muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany.
Karya Sastra Angkatan 2000-an :
- Ayu utami: saman (1998), larung(2001).
- Dewi lestari :
- Seno Gumira Ajidarma
- Dewi Lestari
- Supernova 1: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh (2001)
- Supernova 2.1: Akar (2002)
- Supernova 2.2: Petir (2004)
- Raudal Tanjung Banua
- Pulau Cinta di Peta Buta (2003)
- Ziarah bagi yang Hidup (2004)
- Parang Tak Berulu (2005)
- Gugusan Mata Ibu (2005)
- Habiburrahman El Shirazy
- Ayat-Ayat Cinta (2004)
- Diatas Sajadah Cinta (2004)
- Ketika Cinta Berbuah Surga (2005)
- Pudarnya Pesona Cleopatra (2005)
- Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007)
- Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007)
- Dalam Mihrab Cinta (2007)
- Andrea Hirata
- Laskar Pelangi (2005)
- Sang Pemimpi (2006)
- Edensor (2007)
- Maryamah Karpov (2008)
- Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas (2010)
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Dari
uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa definisi dari sastra ialah berasal dari
kata castra berarti tulisan. Dari makna asalnya dulu, sastra meliputi
segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia, seperti catatan ilmu
pengetahuan, kitab-kitab suci, surat-surat, undang-undang dan sebagainya.
Sedangkan
definisi sastra dari segi ilmu sastra, yakni terdapat tiga hal
yang berkaitan dengan pengertian sastra, yaitu ilmu sastra teori sastra
dan karya sastra.
Pembagian periodesasi sastra di
Indonesia terdiri atas beberapa angkatan, secara urutannya yaitu Angkatan
Pujangga Lama, angkatan Sastra Melayu Lama, angkatan Balai Pustaka, angkatan
Pujangga Baru, angkatan 1945, angkatan 1950-1960-an, angkatan 1966-1970-an,
angkatan 1980-1990an, angkatan Reformasi, angkatan 2000-an.
B.
Saran
Setelah
mengetahui dan memahami mengenai sejarah dan perkembangan sastra di Indonesia,
hendaknya penerus generasi bangsa senantiasa dibimbing untuk melanjutkan
karya-karya yang telah dihasilkan oleh para pendahulu, serta terus
mengembangkan dan melestarikan bakat, terutama dibidang tulis menulis. Sehingga, rasa hormat terhadap sastrawan-sastrawan
terdahulu tetap dijunjung tinggi, dan sebagai generasi penerus tetap
melanjutkan berkarya demi bangsa.
http://sastra-inadu.blogspot.com/2012/02/jenis-jenis-karya-sastra.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
thanks